Latest Post

Masalah Sosial Tentang Kemiskinan

Diterbit Oleh Unknown pada Sabtu, 28 Juni 201422.40

Kemiskinan memang adalah pekerjaan besar bagi pemerintah kita, tapi pekerjaan itu tidak pernah di prioritaskan untuk mengurangi angka kemiskinan, berbagi cara telah di lakukan tapi malah tidak dapat mengurus permasalahan ini.
Kemiskinan merupakan masalah yang ditandai oleh berbagai hal antara lain rendahnya kualitas hidup penduduk, terbatasnya kecukupan dan mutu pangan, terbatasnya dan rendahnya mutu layanan kesehatan, gizi anak, dan rendahnya mutu layanan pendidikan. Selama ini berbagai upaya telah dilakukan untuk mengurangi kemiskinan melalui penyediaan kebutuhan pangan, layanan kesehatan dan pendidikan, perluasan kesempatan kerja dan sebagainya.
Berbagai upaya tersebut telah berhasil menurunkan jumlah penduduk miskin dari 54,2 juta (40.1%) pada tahun 1976 menjadi 22,5 juta (11.3%) pada tahun 1996. Namun, dengan terjadinya krisis ekonomi sejak Juli 1997 dan berbagai bencana alam seperti gempa bumi dan tsunami pada Desember 2004 membawa dampak negatif bagi kehidupan masyarakat, yaitu melemahnya kegiatan ekonomi, memburuknya pelayanan kesehatan dan pendidikan, memburuknya kondisi sarana umum sehingga mengakibatkan bertambahnya jumlah penduduk miskin menjadi 47,9 juta (23.4%) pada tahun 1999. Kemudian pada 5 tahun terakhir terlihat penurunan tingkat kemiskinan secara terus menerus dan perlahan-lahan sampai mencapai 36,1 juta (16.7%) di tahun 2004.
Pemecahan masalah kemiskinan memerlukan langkah-langkah dan program yang dirancang secara khusus dan terpadu oleh pemerintah dan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat.
4.1  Faktor Penyebab Kemiskinan
Ternyata kemiskinan itu tidak terjadi begitu saja melainkan memiliki faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kemiskinan. Adapun faktor-faktor penyebab terjadinya kemiskinan dapat dikategorikan dalam beberapa hal berikut ini :
A.   Merosotnya standar perkembangan pendapatan per-kapita secara                                                        
       global.
Yang perlu digaris bawahi di sini adalah bahwa standar pendapatan per-kapita bergerak seimbang dengan produktivitas yang ada pada suatu sistem. Jikalau produktivitas berangsur meningkat maka pendapatan per-kapita pun akan naik. Begitu pula sebaliknya, seandainya produktivitas menyusut maka pendapatan per-kapita akan turun beriringan. Berikut beberapa faktor yang mempengaruhi kemerosotan standar perkembangan pendapatan per-kapita:
1)      Naiknya standar perkembangan suatu daerah.
2)      Politik ekonomi yang tidak sehat.
3)      Faktor-faktor luar negeri, diantaranya:
4)      Rusaknya syarat-syarat perdagangan
5)       Beban hutang
6)       Kurangnya bantuan luar negeri, dan Perang
B.   Menurunnya etos kerja dan produktivitas masyarakat.
Faktor ini sangat penting dalam pengaruhnya terhadap kemiskinan. Oleh karena itu, untuk menaikkan etos kerja dan produktivitas masyarakat harus didukung dengan SDA dan SDM yang bagus, serta jaminan kesehatan dan pendidikan yang bisa dipertanggung jawabkan dengan maksimal
C.   Biaya kehidupan yang tinggi.
Melonjak tingginya biaya kehidupan di suatu daerah adalah sebagai akibat dari tidak adanya keseimbangan pendapatan atau gaji masyarakat. Tentunya kemiskinan adalah konsekuensi logis dari realita di atas. Hal ini bisa disebabkan oleh karena kurangnya tenaga kerja ahli dan banyaknya pengangguran.
D.  Pembagian subsidi in come pemerintah yang kurang merata.
Hal ini selain menyulitkan akan terpenuhinya kebutuhan pokok dan jaminan keamanan untuk para warga miskin, juga secara tidak langsung mematikan sumber pemasukan warga. Bahkan di sisi lain rakyat miskin masih terbebani oleh pajak negara.



"waktu yang terus menagihku"

waktu berlalu begitu cepat, tiada berarti bila ku habiskan napas ini di alam kehidupan hanya sekedar menikmati...
ingin ku hidup seribu tahun mencari hal2 yang baru..
ingin ku tetap muda tanpa ada rambut yang beruban.....
semangat itu tetaplah melekat laksana perekat besi di hidup ini...

kurasa bumi semakin tua, semakin bersabar menunggu kebaikan sang Illahi Rabbi agar tiada memusnahkannya..
geliat anak cucu Adam semakin mencekam menghiasi alam ini...
kebencian di sana sini,,saudara jadi musuh dan lupa asal usul..

Sinar terang terus terang agar kelak jalan ini tearah dan menuntun langkah kaki ini ke jalan yang benar...
inginnya diri berbuat yang lebih layak orang2 yang nan jauh dari kelayakan hidup..

Apakah pada satu musim kita menjadi saudara? semoga pertanyaan ini menjadi kekutaan bagi yang lemah, ku menanti jawaban itu pada titik kejayaan......

SILSILAH RAJA-RAJA DOMPU

Diterbit Oleh Unknown pada Kamis, 26 Juni 201408.02


Menurut Soenardi, 1976

1.Dewa Bat. Dompu
Indera Kumala

2.Dewa Ind. Dompu 3.Dewa Mbora Dompu
4.Dewa Mbora Balada 5.Dewa yang punya kuda
6.Dewa yang mati di Bima
(diasingkan karena zalim)
7. Dewa Mawaa La Patu
(Raja Bima bergelar Mawaa Laba)

8. Dewa Mawaa Taho
Dadela Nata

Joharmani 9. Sultan Samsuddin 10. S. Jamaluddin
(Putri syeh Nurdin dari Mekkah) Mawaa Tunggul Manuru Dorongao

11. S. Sirajuddin putri Sultan Goa
Manuru Bata

12. S. Ahmad Manuru Kilo 13. S. Abdul Rasul I Manuru Laju
14. S. Usman Mawaa Parabo
15. S. Abdul Kahar
Mawaa Hidi
(putera Raja Kendari)
16. S. Samsuddin 17. S. Ahmad Syah 18. S. Abdul Kadir
Mawaa Sampela Mawaa Kambu Mawaa Alus

(Kamaluddin Mawaa Iha)
Diasingkan karena zalim

18. S. Abdul Kadir
Mawaa Alus

19. S. Abdurrahman 20. S. Abdul Wahab
Manuru Kempo Mawaa Cau

21. S. Abdullah 22. S. Muhammad Tajul Arifin 1 23. S. Abdul Rasul II
Mawaa Saninu Mawaa Mbere Bata Bou

S. Yakub 24. S. Muhammad Salahuddin
(diasingkan karena kurang waras) Mawaa Adil

25. S. Abdullah 26. S. Abdul Aziz
27. S. Muhammad Sirajuddin
(diasingkan ke Kupang oleh Kompeni)

28. S. Muuhammad Tajul Arifin II
(1947-1957, ob. 1963)

***
Silsilah Raja-raja Dompu
Menurut rekaman M. Jauffret, 1961

Sang Bima
1. Indera Kemala Indera Jamarut
Dewa Bitara Dompu

2. Dewa Ind. Dompu 3. Dewa Mambara Bisu 4. Dewa Mambara Belanda
5. Dewa yang punya kuda
6. Dewa yang mati di Bima
7. Dewa Mawaa Lapatu
(Raja Bima bergelar Mawaa Laba)

8. Dewa Mawaa Taho
9. Sultan Syamsuddin S. Malikussaid
Mawaa Tunggu (Makassar, 1606-1653)

10. S. Jamaluddin 11. S. Sirajuddin I Patimang Daeng Nisakking
Manuru Dorongso Manuru Beta Karaeng Bontojelne

12. S. Ahmad 13. S. Abdulrasyul
Manuru Kilo Manuru Laju

15. S. Abdulkahar 14. S. Usman
Manuru Midi Mawaa Parabo

16. S. Syamsuddin 17. S. Kamaluddin Mawaa Sampela
18. S. Ahmad Syah
Manuru Kambu
19. S. Abdul Kadir
Manuru Alus

20. S. Abdul Rahman
Manuru Kempo

Istri asal Jarangoco 21. S. Abdul Wahab istri asal Bali
Mawaa Cau

22. S. Abdullah 23. S. Yakub 24. S. Abdullah Tajul Arifin I 25. S. Abdulrasyul II
Mawaa Saninu
26. S. Muhammad Salahuddin

27. S. Abdullah II
Bancihincawa

28. S. Muhammad Sirajuddin
29. S. Muhammad Tajul Arifin II
Mawaa Sama

SILSILAH SULTAN DOMPU
(1545 – 1934)

NO URUTAN SULTAN TAHUN BERTAHTA URUTAN RAJA LAMA BERTAHTA
1 SAMSUDIN 1545 – 1590
24 – 9 – 1545 9 45 TAHUN
2 JAMALUDDIN 1590 – 1627 10 37 TAHUN
3 SIRADJUDDIN
(JENELI DEA, TURELI BOLO) 1627 – 1667 11 40 TAHUN
4 ABDUL HAMID AHMAD 1667 – 1697 12 30 TAHUN
5 ABDUL RASUL
BUMI SO ROWO 1697 – 1718 13 21 TAHUN
6 USMAN DAENG MANABANG 1718 – 1727 14 9 TAHUN
7 ABDUL YUSUF USMAN 1727 – 1732 15 5 TAHUN
8 KAMALUDIN ALI AKBAR 1732 16 DIASINGKAN
9 ABDUL KAHAR DAENG MAMU 1732 – 1749 17 17 TAHUN
10 AHMAD ALAUDIN JOHANSYAH 1749 – 1765 18 16 TAHUN
11 ABDUL KADIR (JENELI HU’U) 1765 – 1774 19 9 TAHUN
12 ABDURRAHMAN 1774 – 1787
1793 – 1798 20 13 TAHUN
5 TAHUN
13 ABDUL WAHAB
(TURELI DOMPU) 1787- 1793 21 6 TAHUN
14 YACUB DAENG PABELA 1798 22 DIASINGKAN
15 ABDULLAH I 1798 – 1799
1799 – 1805 23 1 TAHUN
6 TAHUN
16 MUHAMMAD TADJUL ARIFIN 1805 – 1809 24 14 TAHUN
17 ABDUL RASUL
(DAE HAU) 1809 – 1857 25 43 TAHUN
18 MUHAMMAD SALAHUDDIN 1857 – 1870 26 13 TAHUN
19 ABDULLAH II 1870 – 1882 27 12 TAHUN
20 MUHAMMAD SIRADJUDDIN

1882 – 1934
TURUN TAHTA:
11– 9-1934
WAFAT:
14 – 2- 1937
1847 – 1937 28 52 TAHUN
21 MUHAMMAD TADJUL ARIFIN 1947 – 1955 29 8 TAHUN



Berdasarkan data dari Pusat Dokumentasi Raja-Raja di Indonesia Pusaka, Vlaringen, Belanda.
Disusun oleh Abdul Aziz Siradjuddin.



Bagian I
DOMPU TELAH EKSIS BERABAD-ABAD


1. Ada Sebelum Sumpah Palapa
Judul di atas tidak mengada-ada. Dompu dulu memang pernah merupakan sebuah kerajaan yang berjaya, mandiri dan kuat. Buktinya dapat dilihat dalam catatan sejarah kerajaan Majapahit yang berpusat di Jawa. Ketika Gajah Mada, Patih Mangkubumi Majapahit hendak menyatukan seluruh Nusantara, dia menemukan masih ada 10 “nagari” yang perlu ditundukkan untuk mewujudkan Nusantara di bawah satu panji, Majapahit, sehingga menyebabkan ia harus mengeluarkan Sumpah Palapa yang terkenal itu.
Menurut Muhammad Yamin (2005, hlm. 52), di muka para menteri dan di tengah-tengah paseban, Gajah Mada mengucapkan janji, “Saya baru akan berhenti berpuasa makan palapa, jikalau seluruh Nusantara bertakluk dibawah kekuasaan Negara; jikalau Gurun, Seram, Tanjungpura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang dan Tumasik sudah dikalahkan.”
Sumpah palapa di ucapkan Gajah Mada pada tahun 1331, pada awal kekuasaan Gajah Mada sebagai patih Mangkubumi Majapahit, saat mana Negara Majapahit baru berkembang di Jawa Tengah dan Jawa Timur, dan imperiumnya belum melingkar seluruh daerah Nusantara.
Bagi sebagian kerabat istana Majapahit saat itu, Sumpah Palapa dinilai terlampau mengerikan dan dianggap mustahil dapat menjadi kenyataan, mengingat kerajaan-kerajaan yang hendak ditaklukkan bukanlah lawan-lawan yang enteng.
Oleh seba itu, sewaktu Sumpah Palapa diucapkan, menurut Muhammad Yamin (2005, hlm. 53), terdengarlah makian dan ejekan yang tidak merdu bunyinya. “Ra Kembar dan Ra Banyak dengan terus terang mengatakan tak mau percaya kepada kemenangan Gajah Mada dan terus memaki-maki dengan perkataan yang kasar-kasar. Jabung-terewas dan Lembu-peteng tertawa-tawa mengejekkan Gajah Mada yang dianggap sombong dan tinggi hati itu.” Tetapi ternyata, penyatuan Nusantara berhasil diwujudkan Gajah Mada.
Hanya saja, sejak Sumpah Palapa dikeluarkan, tidak serta merta impian Gajah Mada tercapai. Butuh waktu puluhan tahun. Penyerbuan pertama Majapahit atas Dompu dilakukan tahun 1344 dengan pasukan yang dikomandani Tumenggung Nala. Tetapi gagal. Dompu baru berhasil di tundukkan pada tahun 1357, setelah Gajah Mada mengutus lagi Tumenggung Nala yang dibantu pasukan dari Bali di bawah pimpinan Panglima Soka.
Kesuksesan menaklukan Dompu ini merupakan salah satu peristiwa yang paling penting dalam catatan keberhasilan Gajah Mada menyatukan Nusantara, sejajar dengan peristiwa penting lain yang didapatkannya pada tahun yang sama, berupa kegagalan, yaitu pecahnya perang Bubat melawan kerajaan Pakuan Pajajaran yang berakibat tewasnya Prabu Ratu Dewata (Seri Baduga Maharaja), raja Pakuan Pajajaran bersama putrinya, Diyah Pitaloka alias Citrasymi yang hendak dipersunting raja Majapahit, Prabu Hayam Wuruk. Sejarah kemudian mencatat, hubungan Jawa dana Sunda terganggu akibat peristiwa itu. Terbukti, sampai sekarang tidak ada nama jalan Gajah Mada dan Hayam Wuruk di tanah Pasundan.
Cerita tentang penundukan Dompu dipaparkan dalam “Pupuh LXXII” : kitab Negarakertagama. Ini menunjukkan betapa pentingnya sebuah Kerajaan Dompo kala itu bagi Majapahit. “Pupuh” yang terbagi ke dalam enam bagian ini bertemakan tentang Tumenggung Nala. Persisnya pada bagian ketiga tertulis sebagai berikut: Keturunan orang cerdik dan setia; Selalu memangku pangkat pahlawan; Pernah menundukan Negara Dompo; Serba ulet menaggulangi musuh. (Slamet Mulyana, “Nagarakertagama dan Tafsir sejarahnya”).
Usai dikuasai, Raja Dompo dibawa menghadap Prabu Hayam Wuruk di Istana Majapahit. Sang raja bersama dua putrinya, dan dua gadis kerabat istana kerajaan Dompo – yang kesemuanya dilukiskan cantik-cantik – semula pasrah karena menyangka akan dipenjarakan, tetapi ternyata disambut meriah oleh Majapahit. Prabu Hayam Wuruk justru berterima kasih kepada Dompo mau bersedia menyatu dengan Majapahit untuk bersama-sama menggapai kebesaran, dan ia mempersilahkan Raja Dompo melanjutkan pemerintahannya sebagaimana biasa. Persatuan dan kesatuan yang dibutuhkan Majapahit, menurut Prabu Hayam Wuruk, untuk mencegah upaya yang dilakukan (kerajaan) Tartar yang tak pernah berhenti melebarkan kekuasaannya. (Langit Kresna Hariadi, 2006).
Jika dimulai dari catatan sejarah kerajaan Majapahit saja yang berabad-abad lalu Dompu telah eksis sebagai sebuah Negara berbentuk kerajaan, berarti jauh sebelum lahirnya Sumpah Palapa oleh Gajah Mada tahun 1331, Kerajaan Dompu sudah mengibarkan panji-panji kebesaran. Keberadaannya bahkan lebih dahulu dibanding kerajaan Pakuan Pajajaran yang berdiri kira-kira tahun 1333 di Parahiangan Timur dekat Bogor, di kaki Gunung Salak-Gunung Gede. Kerajaan Pakuan Pajajaran merupakan lanjutan kerajaan Galuh yang Pusatnya terletak di Kawali dekat Ciamis.
2. Mengugat Hari Lahir Yang Aneh
Bertolak dari hal di atas, menjadi aneh apabila hari lahir Dompu dimulai berdasarkan meletusnya Gunung Tambora tanggal 11 April 1815, yang berarti pada tahun 2013 Dompu baru berusia 198 tahun. Padahal, bisa jadi usia sebenarnya lebih dari 700 tahun. Itu sebabnya, penetapan hari lahir yang aneh ini perlu “digugat”.
Tidak ada daerah di Nusantara yang hari lahirnya ditetapkan berdasarkan terjadinya letusan gunung yang terdapat di masing-masing daerahnya. Beberapa contoh daerah yang mempunyai gunung meletus dapat disebut di sini, waktu terjadinya letusan tidak digunakan sebagai hari lahir masing-masing daerah tersebut.
DKI Jakarta hari jadinya ditetapkan tanggal 22 juni 1527 yaitu dihitung dari mulai berkuasanya Pangeran Jayakarta yang memimpin daerah ini hingga kawasan Banten, sedangkan gunung Krakatau di Selat Sunda meletus tahun 1880; Serang (Banten) menetapkan hari jadinya tanggal 18 Maret 1620 dihitung sejak masa Sultan Maulana Hasanudin, bukan juga berdasarkan meletusnya Gunung Krakatau; Bandung hari jadinya tanggal 20 April 1641 dimulai dari era Sultan Agung Mataram, bukan berdasarkan meletusnya Gunung Tangkuban Perahu tahun 1829; dan Bogor menetapkan hari lahirnya tanggal 3 Juni 1482 di zaman kepemimpinan Sri Baginda Maharaja, Raja Pakuan Pajajaran, sedangkan Gunung Salak/Papandayan meletus tahun 1780.
Selanjutnya Gowa (Sulawesi Selatan) memiliki gunungbernama Lompo Batang yang meletus tahun 1808, tetapi hari jadi daerah ditetapkan tanggal 18 Oktober 1669 sejak naik tahtanya Sultan Hasanuddin; begitu juga Makassar hari jadinya sejak 9 Juni 1607 dihitung dari masa Datu Musing-Karaeng Galesong bukan pula pada berdasarkan meletusnya Gunung Lompo Batang; dan Karangasem (Bali) dimulai pemerintah Raja Tjokorde Gede Raka tanggal 21 Maret 1680 lebih lama dibandingkan meletusnya Gunung Agung tahun 1963.
Surabaya hari lahirnya dimulai tanggal 31 Mei 1293 sejak Raja Singasari pertama, sedangkan Gunung Bromo di Jatim meletus tahun 1580; dan terakhir Ternate (Maluku Utara) hari jadinya ditetapkan mulai tanggal 1 Maret 1527 di zaman Pangeran Zabirsyah, sedangkan Gunung Gamalama di daerah itu meletus tahun 1474.
Helius sjamsudin (2005), pengusul/pengagas hari lahirnya Dompu pada tanggal 11 April 1815 (dan disetujui Pemda Dompu melalui Perda No 18 tanggal 19 Juni 2004), yaitu tepat pada hari terjadinya erupsi terdahsyat Gunung Tambora, mengakui bahwa Dompu akan menjadi satu-satunya Kabupaten di Indonesia yang menjadikan Hari Jadi Wilayahnya berdasarkan saat letusan gunung berapi. Ia menyatakan, ini memang unik karena sejarah adalah suatu keunikan. “Dalam hal-hal yang baik Dompu haru berani tampil beda dan lebih baik,” kata dia memberi alasan lebih lanjut.
Argumen Helius Sjamsudin itu boleh-boleh saja jika dilihat dari sudut pandang kepepet, lantaran “malas” menggali fakta-fakta sejarah Dompu. Tapi biarpun begitu , ini tetap merupakan suatu keanehan, bahkan absurd (ganjil) seperti diakui sendiri oleh Helius Sjamsudin (2005).
Sebab, sebagaimana mungkin Dompu harus membuat Perayaan dan bersuka cita pada tiap tanggal itu, saat mana sebaliknya banyak orang diberbagai belahan dunia mengenag peristiwa tersebut dengan keprihatinan dan kesedihan karena erupsi Gunung Tambora telah membuat penderitaan luar biasa yang tak gampang dilupakan entah sampai kapan.
Kalau saja para penduduk atau keturunan Kerajaan Tambora dan Kerajaan (Pa)Pekat masih ada yang hidup, niscaya mereka akan protes dan tidak akan sudi Dompu menetapkan hari jadinya pada tanggal 11 April 1815. Sayangnya, tidak ada sama sekali sisa kehidupan di dua kerajaan itu, karena lahar panas Gunung Tambora meluluhlantakkan mereka rata dengan tanah.
Lagi-lagi bisa disebut pula janggal, manakala peristiwa letusan Gunung Tambora dijadikan alasan untuk memberi istilah adanya Dompu Lama (Dompu Ntoi) sebelum letusan, dan Dompu Baru (Dompu Mbou) sesudah letusan, seperti juga diutarakan oleh Helius Sjamsudin (2005), dimana hal itu turut dijadikan bahan pertimbangan lain dalam menetapkan hari jadi Dompu, yang berdasarkan atas waktu meletusnya Gunung Tambora.
3. Mencari Waktu Lain Buat Opsi Hari Jadi
Secara institusional, Dompu tidak pernah sempat lenyap, baik karena bubarnya kerajaan oleh sebab-sebab tertentu, atau musnahnya seluruh perangkat institusi pemerintahan, rakyat dan berikut geografi wilayahnya oleh akibat letusan Gunung Tambora, seperti menimpa dua kerajaan kecil di kaki gunung tersebut, Tambora dan Pekat.
Dalam peristiwa letusan gunung itu, Dompu tetap eksis walaupun turut menerima imbas dari letusan gunung Tambora. Misalnya, istana tua (asi ntoi) terpaksa dipindahkan dari Bata yang terletak di Sori Na’e karena tak bisa digunakan lagi akibat tertimbun abu vulkanik Gunung Tambora. Pemindahan dilakukan ke sebelah utara sungai, persisnya lokasi yang kini menjadi tempat berdirinya masjid jami Dompu, Baiturahman.
Bukti-bukti tetap eksisnya Dompu dapat pula dilihat dari kesinambungan pemerintaha yang tidak pernah berhenti (Vakum) sejak zaman hindu sampai dengan Sultan Muhammad Siradjuddin yang menentang Belanda, sehingga mengakibatkan beliau diasingkan ke Kupang, Pulau Timor. Lazimnya, eksistensi sebuah wilayah pemerintahan dijadikan acuan untuk menetapkan hari lahir suatu daerah, bukan berdasarkan makna-makna simbolis diluar itu yang dicari-cari pembenarannya.
Dompu mempunyai dua batas masa yang bisa dijadikan acuan untuk menetapkan hari jadinya; masa kerajaan Hindu, dan masa kerajaan Islam. Jika seperti ini diakui oleh Helius Sjamsudin (2005), di masa kerajaan Hindu sulit ditemukan tanggal-bulan-tahun yang tepat mengenai berdirinya kerajaan Hindu Dompu pertama akibat minimnya data-data sejarah tentang Dompu di masa itu, padahal (katanya) tanggal-bulan-tahun harus menjadi satu kesatuan (entitas) yang utuh untuk menetapkan hari lahir suatu wilayah pemerintahan, maka pilihan kedua dapat digunakan dokumen masa kerajaan Islam Dompu yang lebih jelas.
Masa kerajaan Islam Dompu dimulai dari kepemimpinan sultan pertama, yaitu Sultan Samsudin, yang dinobatkan pada tanggal 24 September 1545 (lihat data silsilah Sultan Dompu (1545-1934)). Apabila data ini yang hendak dipakai, walaupun mungkin harus juga dianggap “terpaksa” – lantaran sejarah keberadaan Dompu sebenarnya lebih lama dari itu – tidak apalah. Daripada menggunakan tanggal terjadinya letusan Gunung Tambora yang terkesan bersenang-senang diatas penderitaan dunia.
Selanjutnya setelah ini, perlu terus diupayakan menggali data-data zaman Hindu, sehingga mungkin saja suatu ketika kelak ditemukan tanggal-bulan-tahun tentang berdirinya pemerintahan Dompu yang pertama di zaman Hindu, dengan raja, rakyat, dan wilayah yang jelas dan berdaulat, sehingga hari jadi yang akurat akan benar-benar dipunyai Dompu.
Pulau Sumbawa
Pada zaman sebelum Gunung Tambora meletus tahun 1815, di Pulau Sumbawa terdapat lima kerajaan dengan pembagian wilayah seperti yang terlihat di atas. Kini wilayah eks Kerajaan Tambora dan Kerajaan Pekat menjadi wilayah Kabupaten Dompu, termasuk sebagian wilayah eks Kesultanan Sanggar. Sebagian lain wilayah eks Kesultanan Sanggar masuk wilayah kabupaten Bima. (Henri Chambert-Loir, 2005).
Bagian II
KISAH SULTAN MUHAMMAD SIRADJUDDIN
1. Diikat Kontrak Panjang
Di seluruh tanah air kita, tokoh-tokoh perlawanan terhadap penjajah banyak yang terdiri dari raja dan kaum bangsawan. Hal ini adalah sesuatu yang wajar karena kekuatan asing yang datang menyerbu, juga mengancam secara langsung kekuasaan raja.
Selama perkembangan adanya penjajahan di Indonesia kekuasaan kolonial Belanda dilakukan melalui penguasa-penguasa pribumi dengan menggunakan perjanjian yang lebih menguntungkan pihak Belanda. Perjanjian atau kontrak itu ada yang berjangka panjang (lange verklaring), dan ada pula yang berupa perjanjian pendek (korte verklaring). Kedua bentuk perjanjian berbeda karakternya. Konkrak yang bersifat panjang paling lama diperbaharui 100 tahun sekali dan diterapkan terhadap kerajaan yang dianggap kuat, sedangkan kontrak pendek diperbaharui 10 tahun sekali bagi kerajaan yang dinilai lemah.
Berkat pengalaman yang dimiliki selama berabad-abad, bangsa Belanda menemukan cara yang baik untuk melestarikan jajahannya. Pada permulaan abad ke 20, seluruh Indonesia, yang resminya dinamakan Hindia Belanda, sudah dapat dikatakan di bawah kekuasaan Belanda. Ada yang dijajah secara langsung seperti pulau Jawa, kecuali 7% wilayah, yaitu mencakup Surabaya dan Yogyakarta, sementara daerah-daerah di luar Jawa (sekitar 60%) dijajah tidak langsung, dengan membiarkan pemerintahan berada di bawah raja-raja yang ada.
Selain bentuk kontrak berbeda antara kerajaan yang satu dengan lainnya, materi kontrak yang dibuat penjajah Belanda juga selalu berlainan antara raja pendahulu dan raja berikutnya. Setiap kali raja diganti oleh keturunannya atau oranglain, yang penilaian semua tergantung pada penjajah, setiap kali itu pula dikurangi wewenang raja.
Dengan Kesultanan Dompu, Belanda mulai mengadakan hubungan berdasarkan ikatan perjanjian panjang (traktaat me Dompo, verklaring) tanggal 17 agustus 1856, yang ditandatangani oleh Sultan Abdullah dan gubernur Selebes. Setelah Sultan Abdullah diganti oleh putranya, Sultan Muhammad Siradjuddin, pada 21 Oktober 1882, kontrak lama masih akan dilanjutkan. Akan tetapi, sultan yang baru, tidak mau begitu saja tunduk terhadap kepentingan politik Kompeni, sehingga memaksa Belanda memperbaharui kontrak dengan Sultan Muhammad Siradjuddin tanggal 31 Desember 1905. Dalam perjanjian itu, selain daerah-daerah yang sudah ada sebelumnya seperti Dompu, Kempo, Kawangko, Wonggo, Kilo, Hu’u, Daha, Ado dan Ranggo, Kompeni juga memasukkan wilayah eks kerajaan Tambora dan Pekat (yang musnah akibat meletusnya Gunung Tambora, tahun 1815) sebagai bagian wilayah Kesultanan Dompu, serta sejumlah pulau kecil lainnya.
Biarpun kontrak sudah diperbaharui, Sultan Muhammad Siradjuddin masih juga setengah hati untuk melaksanakan isi kontrak. Misalnya, jarang membayar pajak kelapa dan hasil bumi kepada Belanda, tidak menginginkan Belanda terlibat dalam urusan pemerintahan kesultanan, tidak mau membiarkan rakyatnya harus kerja rodi untuk kepentingan penjajah, dan menolak penjualan hasil bumi ke Belanda. Sikap menentang yang ditunjukkan sultan, menyebabkan beliau bersitegang terus dengan Belanda. Ini berlangsung hingga beliau turun tahta tanggal 11 september 1934, terhitung sejak ditetapkan sebagai tahanan politik yang diasingkan (internering) ke Kupang dengan Surat Keputusan (Besluit) Pemerintah Hindia Belanda Nomor 11 Tahun 1934.
Pembangkangan oleh sultan disebabkan kontrak tersebut dinilai telah makin mempersempit wewenangnya sebagai penguasa setempat. Disebutkan dalam kontrak itu bahwa kesultanan merupakan bagian dari wilayah Hindia Belanda, dan karenanya berada dibawah kedaulatan sri Baginda Ratu Belanda yang diwakili oleh Gubernur Jenderal. Kekuasaan aras kesultanan diselenggarakan oleh seorang sultan yang diangkat oleh Gubernur Jenderal, dan Gubernur Jenderal berwenang sejauh dan selama dipandang perlu, mengatur secara lain hal-hal yang dimaksud dalam pelaksanaan kekuasaan sultan. Kontrak tersebut juga mengatur penghasilan sultan, perpajakan, dan benda-benda inventaris kesultanan.

D E P R I N S
Sultan Muhammad Siradjuddin (menunggang kuda) bersama para pasukan abdi dalam, difoto pihak Belanda, dan didokumentasinya tersimpan di Pusat dokumentasi Raja-raja di Indonesia Pusaka, Vlaringen, Belanda.
2. Menghilangkan Kasta Terendah
Sultan Muhammad Siradjuddin lahir pada tanggal 18 Maret 1847, dan naik tahta sebagai Sultan Dompu dalam usia 35 tahun pada tanggal 21 Oktober 1882. Beliau memerintah hingga tahun 1934, atau selama 52 tahun, paling lama dari seluruh sultan yang berkuasa di Dompu.
–BERSAMBUNG–


Pengamat: Voluntarisme Warga Dukung Jokowi-JK Warnai Pilpres 2014

Diterbit Oleh Unknown pada Senin, 23 Juni 201413.29

Jakarta - Puluhan ribu sukarelawan berkumpul di wilayah Bundaran Hotel Indonesia untuk menunjukkan dukungannya kepada pasangan calon presiden/calon wakil presiden nomor urut 2 Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK). Kesukarelawanan (voluntarisme) tersebut dianggap menjadi sebuah harapan baru demokrasi Indonesia ke depan di tengah pesimisme terhadap partai politik dan politik transaksional. Jokowi sempat menghadiri acara Flash Mob Dance yang diselenggarakan sejumlah pendukungnya itu, yang berbarengan dengan Car Free Day di Jakarta.
Sementara di sisi lain, dimulai siang ini, tim pasangan nomor urut 1 Prabowo-Hatta akan melakukan kampanye akbar di DKI Jakarta bertempat di Stadion Gelora Bung Karno (GBK). Rencananya, acara itu akan sekaligus menghadirkan konser artis seperti Ahmad Dhani, Soneta Band, dan Band Radja.
Menurut Pengamat Politik dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Ari Dwipayana, ada perbedaan antara gerakan massa yang dimobilisasi dan yang didasarkan atas kesukarelawanan.
"Saya lihat yang flash mob itu sebagai suatu bentuk kesukarelaan yang didasarkan ada insiatif sendiri. Kita lihat mereka datang dari berbagai wilayah dalam bentuk keswadayaan, datang untuk mendukung Jokowi-JK secara sukarela. Berbeda misalnya kalau itu dimobilisasi di suatu tempat dengan mengerahkan simpul massa dari suatu wilayah," jelas Ari, Minggu (22/6).
Menurut Ari, voluntarisme rakyat itu biasanya muncul benar-benar murni karena figur. Mereka hadir bukan karena ingin menonton ikon lain yang ditampilkan semacam artis maupun penyanyi Ahmad Dhani dan Rhoma Irama.
Hal demikian, menurutnya, menggambarkan kekuatan rakyat (people power) yang pernah terjadi di 1999, ketika Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri menjadi Figur Perlawanan atas Rezim Orde Baru. Massa mendukungnya secara sukarela.
"Yang dimobilisasi itu dikerahkan. Bisa dengan berbayar melalui broker pendatang massa. Yang voluntarisme tak berbasis itu, dia datang sendiri dengan inisitif sendiri," jelasnya.
Dia melanjutkan, biasanya yang sukarela itu berisi anak-anak muda dan profesi-profesi yang datang dengan ide kreatif masing-masing. Mereka lalu menampilkan gayanya sendiri untuk mendukung.
"Yang dimobilisasi itu umumnya seragam dan ditentukan harus menggunakan apa. Mereka datang untuk menonton artis. Jadi voluntarisme datang dengan kreativitas dan keragaman, sementara yang satunya dengan keseragaman," lanjut Ari.
Bagi politik Indonesia, kata Ari, fenomena itu menjadi penting karena politik dan demokrasi memang harus dibangun berdasarkan prinsip kesukarelaan. Baginya, keberadaan kegiataan seperti flash mob di Bundaran HI adalah kebangkitan demokrasi Indonesia.
Sebab selama ini, demokrasi di Indonesia kembali dikritik karena ditandai oligarki elite yang cenderung melakukan mobilisasi, persis seperti karakter Rezim Orde Baru yang juga suka memobilisasi.
Kedua, prinsip demokrasi Indonesia selama ini dipenuhi politik transaksional, yakni orang terlibat politik karena ingin mendapat imbalan. Fenomena flash mob berbeda karena dia tak didasarkan mobilisasi elite tapi kesukarelaan.
Kata Ari, peserta flash mob itu belum tentu memilih parpol yang sama di Pileg. Namun di pilpres mereka bisa bergerak sendiri karena sudah tak mengandalkan politik berbasis mesin parpol.
"Kesukarelaan ini adalah titik balik penting dalam perjalanan demokrasi Indonesia. Rakyat membela sesuatu bukan karena dibayar, namun punya kesadaran dan keinginan memperjuangkan sesuatu," ungkapnya.
Penulis: Markus Junianto Sihaloho/NAD

HARTA KARUN BANGSA YANG TERMAKAN WAKTU

Banyak sekali persoalan-persoalan yang terjadi di bangsa ini, salah satunya masalah kebudayaan. Masalah ini kembali mencuak di permukaan publik yang selalu membuat resah masyarakat.
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan kebudayaan. Bagi bangsa ini kebudayaan bukan hanya sekedar kesenian yang digunakan untuk mengisi waktu luang saja, melainkan kebudayaan merupakan ciri khas bangsa indonesia di mata dunia. Banyak kebudayaan memberikan corak tersendiri dari bangsa. Ini merupakan harta bangsa yang sangat berharga dan tidak terkira nilainya. Namun seiring dengan perubahan jaman, sedikit demi sedik sinar budaya mulai buyar. Banyak buah pikiran manusia ini mulai termakan oleh jaman.
Dulu kebudayaan merupakan sesuatu yang sakral buat masyarakat. Kebudayan merupakan bagian dari jiwa mereka, namun sekarang yang mengerti dan tahu akan kebudayaan bangsa ini hanyalah segelintir orang saja. Itupun hanya para tokoh masyarakat, ketua adat, dan para sejarawan dan budayawan. Berdasarkan gambaran diatas, ini merupakan kenyataan yang sangat memilukan bagi bangsa ini.
Salah satunya tidak usah kita ambil contoh yang jauh kita lihat saja disekitar kita, di Bima-Dompu. Di daerah ini banyak sekali buah pikiran yang telah dihasilkan seperti yang terkenal ialah rimpu mpida sekaligus menjadi ciri khas orang Bima-Dompu. Selain dari itu ada yang namanya nggahi dana.
Nggahi dana merupakan sebuah prosesi pernikahan yang didahului dengan pernyataan antara utusan dari rombongan mempelai laki-laki dengan pihak keluarga mempelai perempuan. Biasanya dalam bentuk ungkapan yang dikemas dalam bentuk syair, dengan keindahan rangkaian kalimat-kalimat syair. Namun itu semua kini telah jarang ditemui bahkan sudah tidak ada orang yang menggunakannya lagi
Kemajuan jaman telah membunuh jiwa anak bangsa, telah mempengaruhi jalan pikiran mereka, terkadang jika mereka melihat orang-orang memakai pakaian adat dalam pergaulannya, tidak jarang mereka dibilang kuno, kampungan, tidak modis, tidak gaul seperti pakaian yang sedang tren di jaman sekarang ini. Sehingga akibat dari sikap kita yang acuh terhadap kebudayaan sendiri, banyak kebudayaan kita yang telah diklaim oleh negara-negara lain. Sehingga apa, setelah kejadian seperti itu terjadi, ramai-ramai orang dari sabang sampai merauke marah, mengamuk, mahasiswa berdemo menuntut pemerintah agar segera menyelesaikan masalah itu secepatnya, memvonis pemerintah yang tidak becus dalam menjaga aset-aset negara, mencaci maki dan sebagainya. Ini merupakan pandangan yang sangat memilukan. Disaat sesuatu sudah terjadi barulah mulai bertindak dan ujung-ujungnya pemerintah yang disalahkan.
Seharusnya sikap mengkambing hitamkan pemerintah jangan kita jadikan untuk menutupi ketidak becusan kita dalam menjaga kebudayaan yang kita miliki. Semua ini bukanlah salah pemerintah seutuhnya. Ini merupakan kesalahan kita semua dan kewajiban kita semua pula untuk menjaganya. Sebab yang lebih tahu dan memahami kebudayaannya itu hanya masyarakat itu sendiri, karena budaya tumbuh dan berkembang dalam masyarakat jadi yang tahu seutuhnya tentang kebudayaan itu sendiri adalah maasyarakat itu sendiri, bukanlah pemerintah

.- RAMADHOAN-

SIMAK PEDULI DAMAI

Diterbit Oleh Unknown pada Minggu, 22 Juni 201412.49

Dompu, 2 juni 2014.Simak( KoalisiMasyarakat Anti kekerasan) menggelar Aksi damai di depan Taman kota Dompu, inisiasi ini muncul dari beberapa aktivis LSM yang peduli akan kenyaman Daerah tempat tinggalnya, Demonstrasi ini sebagai bentuk solidaratis dan keprihatinan terhadap konflik yang melanda bumi nggahi Rawi pahu.
Dalam Aksi Damai ini melibatkan beberapa elemen Masyarakat di antaranya LenSA NTB, LP2DPM,PATTIRO,YPK,KMNU dan sisiwa. Penyampai Orasi singkat yang
disampaikanolehKordinatoraksi “Mutakkun.BahwaKonflik di
Bumi Nggahi Rawi Pahu ini semakin parah dan tidak terkendalikan karena pemerintah tidak serius menangani kasus tersebut terutama Pihak Polres sebagai penegak Hukum.
Kendati Kemudian meggetarkan Aktivis LSM ternama bergerak dan menghimbau pada Masyarakat agar ikut terlbat dalam menyuarakan perdamaian di Dompu, dan aksi di gelar di taman Kota agar pengguna jalan dapat memetik Isyu perdamain.
Selain itu sejumlah pendemo juga menegaskan agar supermasi Hukum harus di tegakan karena mengingat kasus-kasus selama ini tidak ditangani dengan serius oleh Polisi Resort Dompu dan Masa juga menuntut pihak aparat dapat mengindahkan pernyataan sikap yang di buat dalam bentuk Draf antara lain :
(Draft)
PernyataanSikap
KoalisiMasyarakat Anti Kekerasan (SIMAK)
“TidakKompromiterhadapKekerasan
HukumPelaku, LindungiHakKorbandanMasyarakat”

Akhir-akhirini, kekerasansemakinseringterjadinegarakita, termasuk di KabupatenDompu. Di antaranyayaitu : 
Pengrusakan Kantor PDAM, Dinas BKD, Kantor DinasKehutanan, RuangKerjaSetdaDompu
Pengrusakan asset masyarakatDompuberupaekosistimkawasanhutandanpesisirmelalui illegal logging, illegal minningdan illegal fishing
PengrusakandanPembakarankantordesabanggosaatpembagian BLSM, kantordan asset milik PDAM serta asset milik PT. SMS
KasusPerkelahian/peperanganantarwarga yang menimbulkankorbanjiwa
KasusPemblokiranjalan di Desa O’O dan di pertigaan PDAM kel.Simpasai (terkait PDAM), pemblokiranjalan di doropetipekat (terkaitpemilu), pemblokiranjalan di KandaiDuadankelurahankarijawa.
Kasuspenusukanygseringterjadibersamaandngkegiatanhiburanmalam (organ tunggal) di berbagaitempat di kabupatenDompu
Kasuspercobaanpembunuhan yang terjadipadakusmanwargapekat
Kasusperkosaa, Kasuspembunuhan, Kekerasan di dalamduniapendidikan (walimuridmenyerang Guru).Klotidaksalah di SMAN 2 Woja,Perkosaan di angkutanumum yang terjadi di Madaprama.

Penangkapan, perlakuantidakmanusiawisertaPemukulanterhadapanak ……. (sebutkanjika teman2 mengetahui).
Dll, sebutkansepengetahui teman2 ygdidukungdng data danfakta.
Meresponsituasitersebut, KoalisiMasyarakat Anti Kekerasan (SIMAK), menyampaikanpandangan:
Kekerasan-kekerasantersebutterjaditidakterlepasdaripersoalanrelasikekuasaan yang timpang, di manakelompok yang beradadalamposisikekuasaanmerasamemiliki ‘hak’ untukmelakukantindakandanpernyataankekerasan. 
Agama, budaya, jabatanpolitikdanpublik, status social-ekonomi, daninstitusi lain samasekalitidakdapatdijadikansebagaipembenarataualatjustifikasibagitindakandanpernyataankekerasan. 
Kekerasanterjadisamasekalibukankarenakesalahankorbandankelompokrentankekerasan, tapimerupakankesalahanmutlakpelakudanpelaku yang harusmempertanggungjawabkantindakannya. 
Kekerasanapapunbentuknya, siapapunpelakunya, merupakanpersoalanserius, dannegarawajibmenjamin, menghormati, melindungihakwarganegaradalamhalinimasyarakatDompuuntukbebasdarikekerasan.
Olehsebabitu, SIMAK menyatakan : 
Menyampaikankeprihatinanan yang mendalamterhadapkecendrunganmasyarakatdannegara yang semakinkompromidanpermisifterhadapkekerasan. 
Menolakdengantegassegalabentukkekerasandanmenyatakantidakkompromi (zero tolerance) terhadapkekerasan.
Menuntutnegara (pemerintah di KabupatenDompu) bertindakproaktifuntukmemutussikluskekerasandengancara, di antaranya: 
Memproseshukumsecaraadilsemuapelakutindakankekerasan (Institusihukumtidakbolehgentardankendorhanyakarenaancamanolehseseorangdansekelompok orang untukmelakukanintervensidlmpenegakkansupremasihukum.
Menyelenggarakanpemerintahansecarabaikdanbenarsertamereviewperaturandankebijakan yang memberikanpeluangbagiterjadinyakekerasan (ijinpertambangan, ijinPertaniandan Perkebunan, kesalahadanpelanggarandalampengambilankebijakansertaketimpangandlmdistribusiekonomi yang menimbulkankesenjangansosial).
Menghukumaparat yang menunjukkanprilakudanmembuatpernyataan yang bisamemprovokasiterjadinyakekerasan. 
Mengajakmasyarakatuntukterlibataktifdalamgerakanpenghapusankekerasan.
Mendukungdanmengajaksemuaunsurmasyarakatuntukterusmenyuarakandanmengupayakanpenghapusansegalabentukkekerasan.



Dompu, 2 Juni 2014

KOALISI MASYARAKAT ANTI KEKERASAN (SIMAK), merupakanwadah yang dibentuksecaraspontansebagaisaranakomunikasibagi OMS dan MS yang anti kekerasan.WadahinididirikanpadahariSabtu 31 Mei 2014, dibentukdarihasilceletukanbeberapapimpinan OMS dan MS saatacara workshop perencanaan program untukpromosikeadilan gender.Padasaatitubeberapaaktifisketikasebelummengakhiriacara workshop “ada yang nyeletuk” hayyo, sekali2 kitaturunmelakukangerakan moral denganmelakukan “AksiDamai Anti Kekerasan.Ide yglahirdariceletukaninidilatarbelakangiolehkeprihatinanatasmaraknyaberbagaitindakankekerasanygterjadi di KabupatenDompuolehseseorangatausekelompok orang hinggamenimbulkankorbanjiwa, korbanmaterisertadampakterhadaplingkungan.Menurutperspektif SIMAK bahwatindakankekerasan yang terjadi di KabupatenDompusepertinyasemakin liar tanpakendalidancenderungdibiarkankalautidakdisebutsebagaipembiaranoleh Negara.

Sehubungandenganitumaka SIMAK sejakhariinitanggal 2 Juni 2014 akanterusmelakukanadvokasi/gerakan moral untukmemperjuangkanterwujudnyamasyarakatdannegara yang terbebasdarisegalabentukkekerasandanmengupayakanpenghapusankekerasanhinggakeakar-akarnya. Dan untukmewujudkannyamaka SIMAK mendesakkepada BUPATI DOMPU, KAPOLRES, KAJARI SERTA KETUA PENGADILAN NEGERI DOMPU untukseriusmenciptakan rasa amanbagimasyarakatDompumelalui PENEGAKAN ATURAN DALAM MENJALANKAN PEMERINTAHAN dan PENEGAKAN SUPREMASI HUKUM demi keadilansosialbagiseluruhmasyarakatDomputanpaperbedaansuku, agama danras.






GILA DAN WARAS SUDAH MENYATU

kenapa banyak yang menertawakan orang Gila,sedangkan orang Gila juga sama menertawakan orang waras, ataukah memang banyak yang gila ya??

kenapa justru mereka yang waras juga suka dengan hal gila, mulai dari daftar paket kartu ( Pulsa) sukanya paket gila,ada juga yang tergabung dalam komunitas gila bola,tayangan tergila di acara TV Animals, pil anjing gila pun di konsumsi (Justrum,tramadon dsb)..

sampai ada namanya gila-gilaan (" ") memang gila itu menarik buat semua yang lagi menikmatinya..Seharusnya kita bersyukur juga dengan datangnya kalimat "Gila" dan kalaupun tidak ada kata tersebut,so pasti Waras juga kemunkinan ga ada kali yaaa?..

Ternyata hikmahnya  perlu kita pelajari banyak dari orang gila,walau di ditertawakan akan tetapi indranya tertutup semua dengan senyum simpul ke edanannya. Jadi menurut analisis penulis jua bahwa gila itu kebutuhan pendukung rohani, orang kelebihan pintar pun di anggap edan oleh orang awam kalau seketika opini yang di interpretasikannya ga masuk akal.

Dalam Mata Kuliah Filsafah banyak sekali Cendekiawan Muda
(Mahasiswa) yang sering kali melempar wacana-wacana yang gak masuk akal dan mereka lagi-lagi tidak paham hal itu  akan langsung menjustifikasikan temannya sendiri sebagai orang gila. Dari kalangan ientelektualpun bisa jadi Gila, kalau Dia tidak Kuat dengan ilmu filsafat yang diterimanya.

Kegilaan memang sahabat Sejatinya sang waras, sungguh terpuji bagi mereka yang gila ( yang Gila Asli), dan soal waras atau Gila itu "Beti Broo".

****Edon Owamonca****

SULTAN DENGAN ANAK TIK,A SEMESTER IV

Perspetif Kekuatan Sistem Orgazation

keberadaan manusia sebagai mahluk social (humanistik) yang saling membutukan antara satu dengan yang lain kesenabungan. Dengan cara interaktif. baik siakap maupun ucapakan lisan "Habluminnas" yang sudah dijadikan landasan dasar sebagai acuan umat Ahlulsunah Waljama'ah. Hubungan baik adalah kunci utama untuk mencapai suatu tujuan.
Ironisnya, kurangnya hubungan baik dalam wadah yang dijadikan ruang/ media pembelajara. adanaya diskriminatif memetakan yang kaya diikuti yang misklin dipingirkan. Padahal, dalam wadah yang dibangun itu untuk sama-sama mengakses pengatahuan sebagai bekal dalam mengarungi perkebangan jaman.
Interpertasi keadaan saling membutuhkan dapat kitarasakan melalui kehidupan sehari-hari. Negeri yang damai dan kaut itu tergantung hubungan antara kedua negara, pemimpin yang baik tergatung hubungan dengan masyrakat dibawahya, rumahtangga yang baik itu tergantung hubungan orang tua dan anaknya, organisasi yang kuatpun tergantung hubungan antara senior dan juniornya.

Kecakapan itu sebagi landasan dasar dalam memahami dan menjalankan wadah sebagai hajat bersama:
legistimasi mengaku kekuarangan dan keterbatasan untuk memahami secara struktural ketika mendapat kesempatan berada diposisi nahkoda perahu atau pengendali. kepercayaan penumpang terhadap nahkoda kapal terganggu oleh kurangnya pemahaman mengenai struktur secara formatur untuk menyebrang menuju pelabuhan Progresf, Independens, equality.
konserfasi "perahu pesiar" sangat dibutuhkan pemahaman tentang konsep yang menjadi landasan dasar atau disingat AD-ART dan PO adalah acuan penumpang untuk dapat menjalankan perahu secara objektif. lebih-lebih nahkoda perahu yang bertugas koordinir penumpang dalam perahu "wadah" mampu memberikesan yang impresif.

Kuatnaya oranisasi itu trgantung empat elen dasar:
1.     AD-ART dan PO
2.     Senioritas/ alumni
3.     Struktural
4.     Pengurus/ anggota

Manakala, dengan adanya kekurangan dan keterbatasan kemampuan perlu diasah agar tepenuhinya harapan menju komunitas berkrakter Progresf, Independens, equality yang menjadi wujutnyata dalam berucap dan bertindak.

 *Om-fhar*

TRADISI MAHASISWA YANG MULAI LUNTUR

http://owamonca.blogspot.com.Kalau melihat kehidupan kampus hari ini sudah mirip seperti sebuah display toko. Budaya popyang konsumtif dan hedonis begitu terasa. Bayangkan saja mulai dari gayabicara, gaya pakaian atau fashion, gonta-ganti handphone terbaru hingga parade sepedamotor dan mobil mewah. Kalau dulu Bung Hatta sempat berkata bahwa kampus adalah republik berpikir bebas.Saat ini sudah tidak relevan lagi.  Hariini menurut saya ada tiga tradisi yang dilupakan oleh mahasiswa, sehinggakampus sudah tidak sesakral dahulu. Tiga tradisi yang dilupakan mahasiswa hariini yaitu:
 pertama, tradisi membaca,
Dikalanganmahasiswa hari ini sangat minim pengetahuan dan informasi. Kenapa saya katakanbegitu karena perpustakaan di kampus biasa dipenuhi mahasiswa semester akhiryang sedang butuh referensi menyelesaikan tugas akhir. Memang sedikit sekali mahasiswa yang masih fresh berada di perpustakaan kampus maupunperpustakaan daerah, kalau sekedar mengerjakan tugas mungkin lebih banyak yangmemilih Om googleng di internet lebih mudah karena tinggal copy paste.Idealnya kita sebagai mahasiswa memang harus selalu membentengi diri denganpengetahuan. Salah satu cara dengan membaca,dan membaca itu tidak sekedar membaca diktat kuliah, tetapi membaca apa sajayang berhubungan dengan kehidupan kelak. Karena disaat kita membaca tujuannyabukan sekedar tahu dan paham akan tetapi agar apa yang kita baca membentuk carapandang kita terhadap realita.

kedua, tradisi diskusi.
Kenapa diskusidikatakan penting, karena manusia sebagai hewan yang berpikir memilikipersamaan dan perbedaan mendasar, yaitu sama-sama berpikir dan berbeda isipikirannya satu sama lain. Diskusi dikalangan mahasiswa tidak selalu harusdalam bentuk formal, misalnya dalam tugas kuliah, presentasi atau pun seminar.Diskusi adalah salah satu cara untuk mendapatkan pengetahuan baru sekaligusmenemukan solusi yang solutif. Tanpa informasi/pengetahuan awal yang diperolehdari membaca tradisi diskusi sulit dibangun. Karena konsekuensi dari kayanyawawasan dan khasanah keilmuan yang didapat dari membaca perlu didiskusikan.Berdiskusi melatih seseorang menyampaikan ide dan menghargai pendapat oranglain, disamping melatih berargumentasi dalam mempertahankan pendapat artinyadisampaikan secara argumentatif dan ilmiah tidak a priori. Jadibisa dikatakan seseorang yang menolak berdiskusi sama menjauhkan dirinya daripengetahuan sekaligus menolak kebenaran.
Ketiga, TradisiMenulis
Banyak paratokoh Nasional yang menghasilkan karya dan pemikirannya melalui tulisan. Dandengan tulisannya tersebut mereka berhasil merubah kondisi disekitarnya.Tokoh-tokoh seperti Soekarno, Hatta, TanMalaka, M. Natsir kemudian generasi sesudahnya Nur Cholis Madjid, Deliar Noer, Arief Budiman dan Hariman Siregar. Masih  banyak tokoh-tokoh lainnya yang menghasilkankarya tulis mereka.  Bahkan Mereka sudahmulai membiasakan menulis semasa menjadi mahasiswa, dan banyak penulis-penulis  muda terbaru yang menghasilkan karya menulismereka disaat masih sebagai mahasiswa. contoh penulis-penulis muda yangterkenal disaat sekarang adalah Andrew Darwis, RadityaDika, Pandji, Okto, YopiArianto, Dengan menulis ide-ide yang kitahasilkan bisa diketahui sekaligus bermanfaat bagi orang lain atau bahkanmasyarakat luas.
Saat ini ketigatradisi di atas sudah mulai luntur. Ironisnya di kampus saat ini, dilorong-lorong, di balik tangga dan di taman, mahasiswa tetap ramai danberkumpul akan tetapi bukan diskusi melainkan ngerumpi, gosip, main kartu entahitu poker atau domino. Perpustakaan, forum-forum diskusi dan seminar lebih sepidibandingkan konser musik reggeae, punk atau rock, kalau pun seminar terlihatramai, orientasinya tak lebih dari sekedar sertifikat, makan siang dan semuayang berbau materi dan bukan lagi sebagai sumber untuk mendapatkan informasidan pengetahuan yang akan memperkaya kapasitas mereka.
Mahasiswa yangmeninggalkan dan melupakan tiga tradisi diatas akan terjebak dalam banalitasdan hedonisme kemudian mereka terserang amnesia akut akan peran dan fungsinyasebagai mahasiswa(agent of change, social control & iron of stock).Ayo sahabat-sahabat, kita sakralkan kembali kampus sebagai republik berpikirbebas sekaligus laboratorium pemikiran bangsa.


Salam Pergerakan....
"perjuangan Tanpa Tapal Batas"
Wallhul Muafieq Illa Aqwamith Tharieq
Wassalam...wr...wb
Oleh      :

Nasar Nggusu Waru

tim relawan akhdiansyah,S.Hi dapil VI provinsi NTB.




TIM Relawan Akhdiansyah, S.Hi mampu memberikan kontribusinya dengan melakukan gerakan blusukan di tiap Desa-perdesa dengan membagikan stiker dan biografi tentang Akhdiansyah atau Guru To’i. Selain pembagian alat politik, Relawan juga menjelaskan trackrecord GT selama itu meyakinkan masyarakat. Dor-to Dor juga melatih diri tim atau relawan pemenangan GT, karena banyak melibatkan anak muda dan Mahasiswa yang tentunya sebagai bekal hidup di masyarakat.

OwaMonca2,blogspot.com

PMII CAB.DOMPU SADAM TIK.A STKIP YAPIS

BAYAR ASAP

Dua bulan sudah Hamsi bekerja sebagai penjual Soto Sate di pasar Bima. Selama dua bulan itu, dia menjalani aktifitas rutinnya merangkap sebagai pelayan, pencuci piring, pembakar sate, sekaligus menjadi kasir. Meskipun baru beroperasi dua bulan, warung Hamsi sudah sangat tersohor seantero kota. Orang-orang kantoran biasanya datang bergerombol untuk makan siang mencicipi menu sate the bestnya Hamsi, begitu pula dengan ibu-ibu yang berbelanja ke pasar, mereka tetap singgah untuk membeli beberapa bungkus. Hamsi memang pintar, aroma sate dan kuah sotonya memang beda, orang baru yang sekedar ingin mencoba, pasti dibuat ketagihan untuk nambah lagi. Tak salah jika akhirnya di rombong soto itu Hamsi tempelkan baligo kecil untuk propaganda, “SotSat La Hamsi. Asapnya saja Nikmat”.
Sekali waktu, dua wanita muda yang cantik datang ke rombongnya. Mereka bercakap-cakap agak lama, sepertinya menimbang-nimbang untuk beli atau tidak. Siang itu sate Hamsi memang sepi pembeli, tidak biasanya seperti itu, dari pagi sampai siang kok belum ada satu pun orang yang singgah di warungnya. Melihat kedatangan dua wanita muda ini Hamsi mulai mengeluarkan jurus resepsionisnya yang jitu, “Assalaamu’alaikum adinda! Mari silahkan, mumpung masih panas dan dagingnya segar-segar, makan sini apa bungkus?”, ujarnya kalem menyambut mereka.
Cewek-cewek ini tidak menjawab, mereka masih berbisik-bisik. Salah seorang diantara mereka malah mendekat ke Hamsi, lalu menghirup-hirup hawa dari kuah soto, sepertinya hendak merasai aroma. Cewek itu manggut-manggut, lalu dia suruh temannya untuk menghirup juga. “Caru romo nggoke, lai poda ngolo kuah soto na ke!”, kata cewek itu. Hamsi sumringah, dia mulai sedikit ke-Ge eR-an mendengar penilaian cewek-cewek ini. Apalagi melihat penampilannya, Hamsi mencoba menebak-nebak kalau mereka ini sepertinya pegawai Bank, pastilah nanti mereka beli banyak. “Hmm...., iya mbak, boleh diperiksa-periksa, yang jelas daging saya bebas anthrax, bebas formalin, karena kambing saya muslim semua Mbak!”, kata Hamsi.
“Kalau gitu bungkusin satenya aja pak ya!”, kata salah satu cewek tadi.
“Berapa mbak?!”, tanya Hamsi.
“Lima ribu saja!”, jawab cewek itu.
“Lima ribu tusuk maksudnya mbak?”, tanya Hamsi serius.
“Bukan pak. Cuma lima ribu perak aja!”, jawab cewek itu santai.
“Oooooooooo..... taho, kidi ngena ta ede re!!!”, jawab Hamsi ketus.
“Nara na mantika gaga jan wati, kidi kantoi-ntoi, paresa rero soto na radaku bos. Tau-tau weli cuma lima riwu!”, keluh Hamsi membatin, dia kesal juga karena dari tadi cewek-cewek ini pake acara ngecek warung sudah kayak tim supervisor Disperindag.
Saat Hamsi sedang mengipas sate di tungkunya, cewek-cewek ini malah mendekat lagi. Mereka menghirup asap sate yang mengepul itu berlama-lama, “Hmmmmmhhhh... de memang caru romo ngolo sate rau ke. Caru kabua na markani Mas ake ke!”, katanya.
Mendengar celetukan-celetukan itu bikin Hamsi hampir naik pitam, tapi dia tetap jaim demi reputasi di mata pembeli. “Peya lakoeee....!”, katanya dalam hati.
Sate pun sudah selesai dibungkus. Cewek itu menyodorkan uang 50.000. Hamsi mengambilnya lalu memasukkannya ke dalam laci, lalu diambilnya uang 5.000 sebagai kembalian dan diserahkan ke cewek itu. Sontak saja mereka heran melihat ulah penjual sate ini. “Pak! Itu uang lima puluh, kok kembaliannya cuma lima ribu?!”, tanya mereka serius.
“Begini ya Dek! Tadi kalian berdiri di sini 20 menit, kalian kangufi-ngufi obu soto dan obu sate sampe bilang caru romo. Asap sate saya harganya 10.000, asap soto juga 10.000. Kalian ini kan berdua, jadi totalnya 40.000. Understand?!”, jelas Hamsi dengan tegasnya.
“Lho... Kok bisa begitu, apa-apaan sih?”, tanya cewek itu marah-marah.
Lalu Hamsi menarik tangan mereka ke arah depan rombong. Hamsi menyuruh mereka membaca baligo kecil tadi. “Keeee, baca ke.... Da kanggangamu isi madamu!?”, ujar Hamsi membentak.
...................“SotSat La Hamsi. Asapnya saja Nikmat”................






RAKYAT JADI RAJA SEHARI

Apresiasi yang luarbiasa dirasakan oleh masyarakat pada momen pesta demokrasi (Pemilu), bahkan  menjadi catatan tersendiri dalam benak mereka bahwa “saya di lirik, di perhatikan dan di sayangi layaknya kekasih idaman”. Kebutuhan pokok mulai dari sembako, jaminan keluarga sampai dengan pencitraan akan menjadi  anugerah dadakan yang dirasakan si awam ini, sungguh aneh tapi nyata itulah faktanya yang menjadi barometer eksistensi masyarakat kecil. pengalaman singkat ini begitu manis bagi kaum kecil yang selalu di rasakan pada saat pesta rakyat berlangsung.

Segala upaya dan strategi yang di lakukan oleh si penarik hati (sang politisi), memberikan suntikan kepercayaan yang mutlak untuk menarik pelanggan basis. Rakyat menjadi penguasa diatas penguasa . Bahkan ,“teori kejujuran dalam kebohongan”pun di adopsi sebagai senjata pamungkas dalam berwacana persuasive, selain itu rakyat di peragungkan demi mejawab visi dan misi terselubung sang pesilat lidah. Upaya yang di lakukan tidak hanya sebatas itu, akan tetapi segala aspek dalam pemenangannya sebagai  calon pelayan public banyak hal yang di lakukan , contoh kecilnya dulu tidak begitu erat dengan teman, saudara dan keluarganya , tiba-tiba pada momen tertentu (Pileg/Pemilukada) jangankan sanak keluarga dan teman lama, bahkan orang yang baru kenal pun di adopsi sebagai saudara terdekat dengan memberikan kepastian lewat silsilah keturunan, tapi menjadi pertanyaan kritis kita apakah perlakuan, ucapan dan sebagainya dalam bumbu politiknya akan kita rasakan di kemudian hari dan mampu direalisasikan untuk kepentingan rakyat atau sebaliknya ????

 Dalam hal ini tidak hanya  satu aspek yang di bahas, tapi bagai mana masalah yang perlu di sikapi dalam melihat realitas yang terjadi pada masyarakat, saat waktu itu mulai mendekati pesta rakyat dan perlu di pahami oleh kaum intelektual muda menjadi panduan teladan bagi masyarakat awam yang kurang memaknai politik itu seperti apa yang semestinya.
Definisi  dari “Politik”
1.Ginsburg (1996) mendefinisikan politik sebagai "kontrol atas alat-alat produksi, reproduksi, konsumsi, dan akumulasi daya-daya material dan simbolis".
2.Proses ini tidak terbatas pada arena kekuasaan oleh negara. Dunia pendidikan menjadi contoh ideal proses politik sebab jaringan relasi sosial yang dimiliki berhubungan dengan kategori sumber-sumber material maupun nonmaterial itu.
3.Ketidak adilan atas distribusi sumber-sumer daya ini biasanya ditentukan oleh praksis politik dan corak relasi kekuasaan yang ada.

Kalau kita sekarang membiarkan kondisi politik Indonesia yang sedikit keluar dari koridor percaturan politik yang sebenarnya, langkah yang harus di utamakan ialah melakukan pendidikan dan upaya pemahaman politik yang bersih dari politik uang terhadap masyarakat . Dengan hal seperti ini bisa mengurangi kebodohan masyarakat dalam memahami hakikat politik yang sesuai dengan devinisinya. Dan kalaupun kontribusi pendidikan atau memberikan pemahaman politik  kepada masyarakat tidak di implementasikan hal yang menyedihkan ini terus berlangsung, maka dapat diramalkan, bahwa kehidupan politik kita 10 tahun yang akan datang juga akan menyedihkan. Kelalain untuk melekukan investasi pendidikan pada waktu sekarang akan harus kita tebus dengan harga yang mahal di masa depan. Para politisi kita tidak menyadari, bahwa pendidikan selalu bersifat antisipatoris dan preparatoris; yaitu selalu mengacu ke masa depan dan selalu mempersiapkan generasi muda untuk kehidupan masa depan kita .
Dalam hal ini Pemerintah ataupun Mahasiswa , serta pemuda yang berintelektual berperan aktif dalam mengisi pemahaman politik yang sebenarnya sesuai landasan berpolitik. 

(*Edy Irawan/Edon Pmii*)
 
Support : OwamoncaOwamoncaeOwamonca
Copyright © 2011. Owamonca - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Owamonca
Proudly powered by Blogger