Home » » BAYAR ASAP

BAYAR ASAP

Diterbit Oleh Unknown pada Minggu, 22 Juni 201412.36

Dua bulan sudah Hamsi bekerja sebagai penjual Soto Sate di pasar Bima. Selama dua bulan itu, dia menjalani aktifitas rutinnya merangkap sebagai pelayan, pencuci piring, pembakar sate, sekaligus menjadi kasir. Meskipun baru beroperasi dua bulan, warung Hamsi sudah sangat tersohor seantero kota. Orang-orang kantoran biasanya datang bergerombol untuk makan siang mencicipi menu sate the bestnya Hamsi, begitu pula dengan ibu-ibu yang berbelanja ke pasar, mereka tetap singgah untuk membeli beberapa bungkus. Hamsi memang pintar, aroma sate dan kuah sotonya memang beda, orang baru yang sekedar ingin mencoba, pasti dibuat ketagihan untuk nambah lagi. Tak salah jika akhirnya di rombong soto itu Hamsi tempelkan baligo kecil untuk propaganda, “SotSat La Hamsi. Asapnya saja Nikmat”.
Sekali waktu, dua wanita muda yang cantik datang ke rombongnya. Mereka bercakap-cakap agak lama, sepertinya menimbang-nimbang untuk beli atau tidak. Siang itu sate Hamsi memang sepi pembeli, tidak biasanya seperti itu, dari pagi sampai siang kok belum ada satu pun orang yang singgah di warungnya. Melihat kedatangan dua wanita muda ini Hamsi mulai mengeluarkan jurus resepsionisnya yang jitu, “Assalaamu’alaikum adinda! Mari silahkan, mumpung masih panas dan dagingnya segar-segar, makan sini apa bungkus?”, ujarnya kalem menyambut mereka.
Cewek-cewek ini tidak menjawab, mereka masih berbisik-bisik. Salah seorang diantara mereka malah mendekat ke Hamsi, lalu menghirup-hirup hawa dari kuah soto, sepertinya hendak merasai aroma. Cewek itu manggut-manggut, lalu dia suruh temannya untuk menghirup juga. “Caru romo nggoke, lai poda ngolo kuah soto na ke!”, kata cewek itu. Hamsi sumringah, dia mulai sedikit ke-Ge eR-an mendengar penilaian cewek-cewek ini. Apalagi melihat penampilannya, Hamsi mencoba menebak-nebak kalau mereka ini sepertinya pegawai Bank, pastilah nanti mereka beli banyak. “Hmm...., iya mbak, boleh diperiksa-periksa, yang jelas daging saya bebas anthrax, bebas formalin, karena kambing saya muslim semua Mbak!”, kata Hamsi.
“Kalau gitu bungkusin satenya aja pak ya!”, kata salah satu cewek tadi.
“Berapa mbak?!”, tanya Hamsi.
“Lima ribu saja!”, jawab cewek itu.
“Lima ribu tusuk maksudnya mbak?”, tanya Hamsi serius.
“Bukan pak. Cuma lima ribu perak aja!”, jawab cewek itu santai.
“Oooooooooo..... taho, kidi ngena ta ede re!!!”, jawab Hamsi ketus.
“Nara na mantika gaga jan wati, kidi kantoi-ntoi, paresa rero soto na radaku bos. Tau-tau weli cuma lima riwu!”, keluh Hamsi membatin, dia kesal juga karena dari tadi cewek-cewek ini pake acara ngecek warung sudah kayak tim supervisor Disperindag.
Saat Hamsi sedang mengipas sate di tungkunya, cewek-cewek ini malah mendekat lagi. Mereka menghirup asap sate yang mengepul itu berlama-lama, “Hmmmmmhhhh... de memang caru romo ngolo sate rau ke. Caru kabua na markani Mas ake ke!”, katanya.
Mendengar celetukan-celetukan itu bikin Hamsi hampir naik pitam, tapi dia tetap jaim demi reputasi di mata pembeli. “Peya lakoeee....!”, katanya dalam hati.
Sate pun sudah selesai dibungkus. Cewek itu menyodorkan uang 50.000. Hamsi mengambilnya lalu memasukkannya ke dalam laci, lalu diambilnya uang 5.000 sebagai kembalian dan diserahkan ke cewek itu. Sontak saja mereka heran melihat ulah penjual sate ini. “Pak! Itu uang lima puluh, kok kembaliannya cuma lima ribu?!”, tanya mereka serius.
“Begini ya Dek! Tadi kalian berdiri di sini 20 menit, kalian kangufi-ngufi obu soto dan obu sate sampe bilang caru romo. Asap sate saya harganya 10.000, asap soto juga 10.000. Kalian ini kan berdua, jadi totalnya 40.000. Understand?!”, jelas Hamsi dengan tegasnya.
“Lho... Kok bisa begitu, apa-apaan sih?”, tanya cewek itu marah-marah.
Lalu Hamsi menarik tangan mereka ke arah depan rombong. Hamsi menyuruh mereka membaca baligo kecil tadi. “Keeee, baca ke.... Da kanggangamu isi madamu!?”, ujar Hamsi membentak.
...................“SotSat La Hamsi. Asapnya saja Nikmat”................






Berbagi artikel ini :

Posting Komentar

 
Support : OwamoncaOwamoncaeOwamonca
Copyright © 2011. Owamonca - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Owamonca
Proudly powered by Blogger