Latest Post

PELUKAN TERAKHIR IBU DAN TAHUN TERAKHIR LEBARAN

Diterbit Oleh Unknown pada Senin, 21 Juli 201410.08

Tepat 13 tahun Silam setelah lulus SMU…Di beranda depan rumah, sore itu aku sempatkan diri bermanja-manja dengan menyodorkan Kepala ku dan berusaha meraih tangannya agar segera mencarikan kutu di kepala ku,,,,Aq tau saat itu wajahnya cukup kelihatan rasa capeknya karena sudah seharian berjibaku dengan daganganya di pasar,Tapi sengaja aku manfaatkan waktu senggang hanya untuk mendapatkan perhatian dan kasih sayangnya, walau bagaiamanapun itulah momennya karena beberapa hari lagi aq akan meninggalkan kota kelahiran ku untuk melanjutkan kuliah…ya kuliah di pulau seberang sana yang harus melewati Tiga pulau untuk sampai di tempat tujuan….dalam hati aku berkata “Tuhan Sungguh beruntung Hamba di lahirkan dari Rahim Perempuan ini,,,Perempuan yang ku sebut ibu, ini adalah yang terbaik dalam Hidupku,,,menggunakan seluruh tenaganya hanya untuk membiayai Kehidupan keluarga dan termasuk menyekolahkannya karena yang dia tahu bahwa cukup dia yang tidak bisa mengenyam pendidikan,yang tidak tau baca tulis jangan lagi anak-Anaknya”.
Enam bulan Sudah berlalu di tempat ku yang baru (Sejak aku di antar ibuku untuk kuliah di pulau jawa )itu artinya liburan smester di mulai Aq ingat Sekali hari itu, tepat jum’at Sore Aq telpon ke Kampung menggunakan Jasa Wartel di dekat Tempat Kost ku karena di rumah tidak ada pesawat Telpon (Apa lagi HP dan waktu itu sangat jarang orang2 yang memiliki HP kecuali orang2 tertentu) maka aku telpon Melalui Pesawat telpon milik tetangga”Beberapa Kali telpon berbunyi lalu di angkat oleh anak tetangga pemilik telpon itu “Ass…wr…wb dengan siapa…? Sahut anak tetangga tersebut Tanpa panjang lebar saya langsung mengutarakan maksud saya menelpon tersebut Mengingngat Tarif telpon saat itu lumayan Mahal untuk ukuran kami perantau “Maaf mba Saya Imam, tetangga mba saya minta tolong bisa bicara dengan ibu saya….?mba tetangga tersebut langsung tau kalau saya menelponnya dari jauh dengan lembutnya dia bilang “ia Imam Tunggu sebentar ya mba Panggilkan ibunya”ia Mba Terima Kasih sahutku beberapa menit kemudia dari kejauhan terdengar suara “Ass…wr…wb..Hallo…Hallo…Hallo Imam ini Bapak nak “ia Pak ibu ada pak Ibu mu belum bisa ngomong sama kamu dia sakit,,,,mank Ibu sakit apa Pak…?Biasalah ibu mu kecapaean..”Oh ia Pak”,,,,Kenapa IMam Apa yang mau kau samapaikan katakana saja…?
“Gini Pak,,,sebanarnya saya mau minta ijin pulang di libur semester ini,,karena waktu liburnya cukup lama sebulan pak dan Biar sekalian bisa lebaran di kampung bersama Keluarga!”senarnya hajatan utama telpon tersebut selain memberitau tentang libur juga berharap agar di kirimkan ongkos pulang.
Bapak : “gini mam sebaiknya Kamu tahun ini g usah pulang dulu lagian tempatnya jauh dan kamu baru enam bulan,,,kamu tunda dulu kepulangan,tunggu lebaran tahun depan saja kamu baru pulang”..dengan berat hati aku iakan kata Bapak,,,walau sebenarnya aq benar2 merasa rindu sekali untuk pulang kampung bertemu ibu,adik2 dan sekalian bisa menceritakan bagaimana kondisi di kota, di mana aku menempuh pendidikan sekarang dan rinduku juga yg lain adalah kerinduan sebagai seorang anak remaja yang sebelum berangkat kuliah pernah menjalin hubungan dan masih tetap intens komunikasi tiap minggu selama di rantauan yaitu pada sosok gadis cantik yang saat itu masih satu kampong dengan ku “Ayu”Namanya.(Untuk Kisah ku dan gadis ini akun akan ceritakan di lain kesempatan).
Sebelum berpamitan dan menutup telponnya sekali lagi aku mencoba membujuk ayah agar mengijikan aq untuk berbicara sama ibu,,,Namun tak di ijinkan Karena bapak saya tau kalau andaikan saya diberi ijin Pasti saya akan mencoba merayu dan merengek-rengek pada ibu untuk di ijinkan pulang dan bapak saya yakin kalau ibu saya tak akan pernah tahan dan menolak permintaan anak2nya,,,di manapun seorang ibu pasti tidak akan tega membiarkan anaknya memohon dan merengek-rengek meminta belas kasihan apalagi anaknya baru kali itu terpisah jauh darinya dalam waktu setengah tahun….walau sebenarnya sering terpisah dari ku sejak aku mulai menginjak masa SMU, kebetulan aku SMU di kabupaten Sebelah kabupaten ku tapi itu tidak selamaini,,Paling-paling hanya sekitar 2 minggu dan tak pernah lewat dari satu bulan…karena aq slalu di suruh pulang untuk mengambil uang belanja dan keperluan makan sehari (osu) dan tepatan di hari aku kembali kekabupaten tetangga ntuk mengeyam pendidikan SMU slalu saja ibu ku tidak akan tega membiarkan aku kekurangan Uang jajan,,,,slalu saja ketika aku mau berangkat dari rumah di Tanya “g kurang uang yang ibu kasih…?”Aku slalu menjawab cukup bu “Tapi slalu saja sama ibu di kasih lagi”tentu sambil memperhatikan ayah ku,,,pernah suatu hari ibu ku bertanya demikian pada ku, dan sambil berbisik “ini ibu tambah lagi Uang jajannya”Tapi dari ruang TV Bapak saya bilang “Tambah terus uang Jajannya Skalian uang rokoknya”bagaimana tidak bapak ku bilang demikian soalx aku pernah kepergok merokok di rumah oleh bapak…”Dalam Hati ku aku berkata ibuku memank baik hati”sambil terus melangkah pergi Tapi bapak ku bukan berarti tidak baik dia hanya tak ingin saya terlalu manja dan dia tunjukan kebaikan nya dengan Cara yang berbeda dari ibu ku.
Kembali ke telpon dengan Bapk tadi Ahirnya Aku mengalah untuk tidak pulang lebaran tahun ini kata bapak “Pulang untuk lebaran Tahun depan Saja”karena berbagai alasan yang sebenarnya Baik yaitu “menghemat uang karena ongkosnya mahal,Skalian kamu bisa lebih serius belajar dll”
Namu karena kerinduan ku pada kampung halaman begitu besar dan juga pada Gadis (Pacar)ku yang kau tinggal enam bulan yang “Ayu”Namanya membuat aku kepingin sekali segera bertemu banyak yang ingin aku ceritakan padanya. Walau sedikit kecewa aku pamitan pada bapak di telpon “Sambil berucap salam hormat pada Ibu”Ass…wr…wb Pak.

Saptu Sore atau Malam Minggu walau aku benar-benar telah mengubur keinginan pulang kampung lebaran Kali ini,,,Tapi tidak untuk kerinduan ku Biasanya Malam minggu ini kalau tidak aku yang nelpon kerumah akan ada orang rumah yang nelpon atau pacar saya telpon begitu siklus selama enam bulan menempuh pendidikan,,,,Namun setelah selesai Sholat Tarawih, di mesjid terdekat kost ku terasasekali dingin yang menusuk tulang dan sesekali petir menyapa langit mendung Malam itu entah apa yang kurasa malam itu benar-benar membingungkan,,,”Ah mungkin karena Aku terlalu rindu akan pulang kampUng”Timpal ku dalam hati makin lama2 terasa makin tidak tenang,,Segera saja aku kembali mengambil air whudu berniat untuk mengaji siapa tahu saja Aku bisa lebih tenang….beberapa Lama kemudian, Akupun mulai mengaji ,dan aku mendengar dari balik pintu suara ketokan sambil memanggil nama ku, ia suara yang tidak asing bagi ku,,,suara wanita Paruh baya yang slalu menyediakan nasi buat ku selama Aku ngekos enam bulan ini…ia suara ibu supri...Ibu kost ku”Mas imam ne ada telpon dari saudara mu”Ia bu sebentar aq segera membuka pintu dan segera menuju ke ruang telpon “Hallo Mam sahut suara dari telpon ia aku kenal suara ini Suara Saudara ku”..Ia Napa Mas “Sebaiknya Kamu besok pulang ibu Sakit di rumah”aku tidak berkata apa2,,,Aku tidak tau apa aku harus merasa bahagia atau Sedih Tapi dalam Benakku muncul berbagai macam pertanyaan..”Setelah telpon dari Kakak ku Selesai”dan segera, setelah itu aku kembali kekamar dan Tak tau kenapa tiba2 saja aku segera mencari dompet dan memandang foto ibu ku yang biasa aku sisipkan di dompet dan biasanya aku slalu memandangnya ketika rindu….Pertanyaan demi pertanyaan Muncul dalam benak ku “ada APa dengan ibu ku…?Kenapa harus pulang Kalau ibu sakitnya tidak Parah..?Jangan2 Ibu sudah……?Ah tidak tuhan jangan panggil ibu hamba secepat ini….sejujurnya aku masih menenangkan diri untuk tidak berprasangka yang bukan-bukan tentang apa yang terjadi dengan ibu ku di kampung…beberapa Saat kemudian datang ibu supri, ibu kost ku “Mas imam Kamu besok jadi pulang…?” Ia Bu Saya berangkat Besok pagi Menggunakan Kereta Sampai Banyuwangi selanjutnya estafet entah pake apa saja nanti…Tapi,bu Saya tidak punya uang,,,karena Besok minggu saya belum bisa di kirim uang untuk kepulangan Saya,,,Apa Bisa Saya minta Kembali uang pembayaran Kost dan biaya Makan selama sebulan kedepan yg saya bayarkan ke ibu untuk ongkos saya pulang…?
Oh tentu bisa Mam saya Akan Kasih besok,,,,(Oh ya dari cerita kakak Saya di kampong Setelah saya sampai satu minggu ternyata bu supri ibu kost ku sudah tau bahwa ibu saya sudah meninggal saat di telpon, kakak saya sebelum saya keluar menjawab telpon itu dan kakak saya bilang untuk tidak menceritakan Perihal tersebut Pada Saya)mungkin karena dia tau tentang hal tersebut dia ahirnya Mau memberikan kembali uang kost dan biaya makan saya selama Sebulan yang di bayar duluan).
Semalama Saya tidak bisa tidur dan terus memandangi foto ibu entah kenapa air mata slalu meluncur deras hingga tak bisa tertahan “dalam Hati slalu menyimpan kecurigaan tentang Apa yang terjadi dengan ibu…?kenapa saya harus pulang kalau ibu sakitnya tidak parah Atau jangan2 ibu telah….?”

Jam delapan pagi aku segera pamitan sama ibu kost, menuju stasiun kereta Api terdekat dengan mengambil Kereta Clas Ekonomi untuk menghemat biaya mengingat perjalanan ku masih jauh Harus melewati 2 (dua) pulau untuk bisa sampai di pulau ku,,,,sengaja Aku pilih tempat duduk di pojok agar dalam perjalanan Aku bisa melihat Pemandangan selama perjalanan Namun hampir setegah perjalanan kereta itu kembali aku di buat tidak tenang ahirnya aku berdiri dan menuju pintu sambungan kereta,,,sesekali muncul pertanyaan tadi malam hingga membuat aku tak bisa tenang,,,sebelum Kereta jalan tadi aku menyengajakan diri untuk menukar uang receh sebanyak2nya untuk di berikan pada pengamen dan pengemis di perjalanan dengan Harapan agar do’a saya dalam hati bisa terkabul “iya do’a tentang keselamatan ibu Saya”di perjalanan itu tak terhitung lagi saya duduk dan berdiri sambil memutarkembali ingatan saya tentang wajah sayu yang sudah mulai memperlihatkan keletihanya dengan beberapa keriput yang di wajahnya juga terlihat jelas beberapa helai rambut yang lurus itu beruban,, 
Teringat Lebaran tahun lalu lantaran karena perbedaan pemberian uang saya marah dan membanting gitar yang sempat dia belikan dulu Pada saat itu, mamang kondisi emosi sebagai anak remaja yang masih duduk di angku kelas 3 SMU benar aku tunjukan ‘’“Bu kok saya di kasih uang lebaran tidak sama dengan yang lain ….?Maksud saya saudara2 saya yang lain…Ibu “Kamukan sudah dapat uang kemarin untuk di belikan gitar (Dalam Bahasa Daerah “Nggomi waura Mbei piti weli kai gitar mu re ana)”Tampa berpikir panjang saya pun membanting gitar hingga pecah tapi tanpa saya sadari dari mata sayu itu menetes Air mata ya Airmata yang baru kali itu saya lihat….mungkin ibu pada saat itu merasa hatinya tergores oleh perlakuan anaknya hingga tak mampu menahan air matanya….Oh tuhan saya telah membuat ibu ku manangis sungguh hamba adalah anak yang tak tau di untung “Maaf bu maafkan Anak mu”sesekali aq usap air mata dalam perjalanan pulang itu.

Kambali aku teringat ketika ibu Mengantarkan aku ke pangkalan Bus jurusan luar kota antar propinsi tempat untuk menempuh pendidikan Paska lulus SMU bersama saudara2 ku juga ikut Gadis yang aku sebut Pacar Tadi “Ayu”Namanya malam itu malam terahir aku ketemu ibu (dan ternyata Malam terahir dan untuk selama-lamanya)sebelum naik ke Bus aku memeluknya erat2 dan menangis karena akan aku akan merindukannya,,,Ibu Mencoba menenangkan ku Sambil berkata “Sudah Jangan Nangis,,,Anak laki-laki g boleh menangis,,,Anak laki2 Harus kuat,,,Anak laki2 harus tegar apapun tentangannya Harus di hadapi,,,,Ibu dan Bapak mu Pasti mendo,akan mu dn berharap yang terbaik buat mu, di tempat yang jauh sana,,,jangan lupa Sholat dan menagji dan do’akn saja ibu dan Ayah agar tetap sehat untuk menafkai keluarga kita dan membiayai sekolah mu…rajin belajar ya di tempat mu yang baru Terahir Ibu yakin kamu bisa membagakan kedua orang tua mu”dan lagi2 air mata ini terus meleleh dalam perjalanan itu. 
Singkat Cerita Setelah menempuh Perjalanan yang melelahkan Selam dua hari ahirnya Aku Sampai di depan rumah malam Hari sekita pukul 12.00 malam ketika melihat banyak orang di dalam rumah aku segera berlari menuju ke kamar ibu tanpa menghiraukan mereka,,,ternyata aku hanya menemukan Ayah dan adik2 ku berkumpul di dekat persemaiayam Ibu,,,tak terasa air mata menetes dengan deras,,,malam itu bagai halilitar menyambar perasaan tidak percaya menyelimuti ku,,,,terkadang dalam hati berucap kenapa tuhan terlalu cepat memanggil ibu ku…?kami belum siap menjalani hidup tanpa ibu tuhan…?Ibu pasti kelelahan berkerja hanya untuk membiayai sekolah Anak-anaknya,ibu, pasti kelelahan bekerja hanya agar anak-anaknya seperti Anak-Anak keluarga lain,,,,ibu pasti kelelahan bekerja Hanya untuk melihat anak-anaknya tidak kekurangan dan bisa tersenyum seperti anak2 keluarga lain….di dekat aku ayah meminta ku bersabar dan bertawkal “ibumu sudah di makam dua hari yang lalu”
Aku tak bisa menahan Haru dan rasa sesalku karena tak bisa mengantar Kepergian terahirnya ibu”menuju kealam keabadian sana”Jauh di lubuk hati aku berdo’a untuk ibu semoga tuhan memberi tempat yang layak untuk ibu ku,,,Imam Berjanji akan menjaga adik2 dengan baik dan memastikan mereka tidak akan kehilangan Indahnya masa kecil dan Senyum keceriaan karena kepergian mu yang tak akan kembali lagi.

Semoga Cerita ini Memberi kita inspirasi dan ma’afkan penulis jika kalimat2nya susah di cerna berusahalah untuk mencernanya,,,Semoga Yang masih punya ibu tetap menjadikan ibunya wanita terhebat di dunia dan jangan Biarkan Airmatanya mengalir karena ulah kita,,,sebelum terlabat gunakan momentum Ramdhan dan idul fitri ini untuk memohon Ampun pada malaikat yang bernama “Ibu” karena penyesalan tidak akan datang duluan.

By.Syaf Kaso

PEMIKIRAN HASAN HANAFI (FILSAFAT ISLAM)

Diterbit Oleh Unknown pada Minggu, 13 Juli 201423.12

PEMIKIR

"hidup selalu optimis dan realistis utk menuju era yg baru" jngn ada kata mundur lebih baik maju perlahan tapi pasti


Kejernihan dan kekotoran hati seseorang akan tampak jelas tatkala dirinya ditimpa kritik, celaan, atau penghinaan orang lain. Bagi orang yang lemah akal dan imannya, niscaya akan mudah goyah dan resah. Ia akan sibuk menganiaya diri sendiri dengan memboroskan waktu untuk memikirkan kemungkinan melakukan pembalasan. Mungkin dengan cara-cara mengorek-ngorek pula aib lawannya tersebut atau mencari dalih-dalih untuk membela diri, yang ternyata ujung dari perbuatannya tersebut hanya akan membuat dirinya semakin tenggelam dalam kesengsaraan batin dan kegelisahan.


Persis seperti orang yang sedang duduk di sebuah kursi sementara di bawahnya ada seekor ular berbisa yang siap mematuk kakinya. Tiba-tiba datang beberapa orang yang memberitahukan bahaya yang mengancam dirinya itu. Yang seorang menyampaikannya dengan cara halus, sedangkan yang lainnya dengan cara kasar. Namun, apa yang terjadi? Setelah ia mendengar pemberitahuan itu, diambilnya sebuah pemukul, lalu dipukulkannya, bukan kepada ular namun kepada orang-orang yang memberitahukan adanya bahaya tersebut.



Lain halnya dengan orang yang memiliki kejernihan hati dan ketinggian akhlak. Ketika datang badai kritik, celaan, serta penghinaan seberat atau sedahsyat apapun, dia tetap tegar, tak goyah sedikit pun. Malah ia justru dapat menikmati karena yakin betul bahwa semua musibah yang menimpanya tersebut semata-mata terjadi dengan seijin Allah Azza wa Jalla.



Allah tahu persis segala aib dan cela hamba-Nya dan Dia berkenan memberitahunya dengan cara apa saja dan melalui apa saja yang dikehendaki-Nya. Terkadang terbentuk nasehat yang halus, adakalanya lewat obrolan dan guyonan seorang teman, bahkan tak jarang berupa cacian teramat pedas dan menyakitkan. Ia pun bisa muncul melalui lisan seorang guru, ulama, orang tua, sahabat, adik, musuh, atau siapa saja. Terserah Allah.



Jadi, kenapa kita harus merepotkan diri membalas orang-orang yang menjadi jalan keuntungan bagi kita? Padahal seharusnya kita bersyukur dengan sebesar-besar syukur karena tanpa kita bayar atau kita gaji mereka sudi meluangkan waktu memberitahu segala kejelekkan dan aib yang mengancam amal-amal shaleh kita di akhirat kelak.



Karenanya, jangan aneh jika kita saksikan orang-orang mulia dan ulama yang shaleh ketika dihina dan dicaci, sama sekali tidak menunjukkan perasaan sakit hati dan keresahan. Sebaliknya, mereka malahan bersikap penuh dengan kemuliaan, memaafkan dan bahkan mengirimkan hadiah sebagai tanda terima kasih atas pemberitahuan ihwal aib yang justru tidak sempat terlihat oleh dirinya sendiri, tetapi dengan penuh kesungguhan telah disampaikan oleh orang-orang yang tidak menyukainya.



Sahabat, bagi kita yang berlumur dosa ini, haruslah senantiasa waspada terhadap pemberitahuan dari Allah yang setiap saat bisa datang dengan berbagai bentuk.



Ketahuilah, ada tiga bentuk sikap orang yang menyampaikan kritik. Pertama, kritiknya benar dan caranya pun benar. Kedua, kritiknya benar, tetapi caranya menyakitkan. Dan ketiga, kritiknya tidak benar dan caranya pun menyakitkan.



Bentuk kritik yang manapun datang kepada kita, semuanya menguntungkan. Sama sekali tidak menjatuhkan kemuliaan kita dihadapan siapapun, sekiranya sikap kita dalam menghadapinya penuh dengan kemuliaan sesuai dengan ketentuan Allah SWT. Karena, sesungguhnya kemuliaan dan keridhaan-Nyalah yang menjadi penentu itu.



Allah SWT berfirman, "Dan janganlah engkau berduka cita karena perkataan mereka. Sesungguhnya kekuatan itu bagi Allah semuanya. Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. Yunus [10] : 65)



Ingatlah, walaupun bergabung jin dan manusia menghina kita, kalau Allah menghendaki kemuliaan kepada diri kita, maka tidak akan membuat diri kita menjadi jatuh ke lembah kehinaan. Apalah artinya kekuatan sang mahluk dibandingkan Khalik-nya? Manusia memang sering lupa bahwa qudrah dan iradah Allah itu berada di atas segalanya. Sehingga menjadi sombong dan takabur, seakan-akan dunia dan isinya ini berada dalam genggaman tangannya. Naudzubillaah!!!



Padahal, Allah Azza wa Jalla telah berfirman, "Katakanlah, Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan. Engkau berikan kerajaan kepada orang Kau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Kau kehendaki. Engkau muliakan yang Kau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Kau Kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu." (QS. Ali ‘Imran [3] : 26)***
 
Support : OwamoncaOwamoncaeOwamonca
Copyright © 2011. Owamonca - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Owamonca
Proudly powered by Blogger